Gerakan Literasi Sekolah: Kunjungan Siswa-Siswi SMA Al-Furqan Jember di UPT Perpustakaan UM Jember

Mengawali tahun 2022, UPT Perpustakaan UM Jember mendapat kunjungan siswa-siswi beserta guru-guru pendamping dari SMA Al-Furqan pada tanggal 6-7 Januari. Kunjungan ini dalam rangka Masa Penguatan Karakter Positif (MPKP) dengan melakukan kegiatan literasi. Siswa-siswi diminta untuk membaca satu judul buku kemudian merangkum apa saja poin inti atau pesan yang ingin disampaikan buku tersebut dan mendiskusikannya secara berkelompok.

Para ahli sepakat bahwa aktivitas literasi pada tingkat sekolah sangat penting, seperti yang kita ketahui bersama bahwa keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena sumber utama pengetahuan diperoleh melalui aktivitas membaca.

Data BPS tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat melek aksara di Indonesia pada usia 15-24 tahun sebesar 99,76% yang artinya hampir semua orang pada usia tersebut sudah dapat membaca, menulis dan berhitung. Namun sayangnya, tingkat melek aksara ini tidak sebanding dengan aktivitas literasi yang seharusnya. Angka literasi membaca Indonesia tahun 2019 di 34 provinsi:26% tergolong kategori aktivitas literasi sedang; 71% aktivitas literasi rendah; dan 3% kategori aktivitas literasi sangat rendah.

Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia secara praktis dapat baca tulis, namun belum memiliki kemampuan dalam menangkap pesan dari apa yang mereka baca, kesulitan dalam memahami konteks bacaan, serta kesulitan dalam menjawab pertanyaan terkait informasi dalam bacaan. Dengan kata lain masyarakat kita masih mengalami buta huruf fungsional. Oleh karena itu penguatan aktivitas literasi pada usia sekolah sangatlah penting, utamanya di era banjir informasi seperti saat ini. Generasi kita dituntut untuk lebih kritis dalam menyikapi segala bentuk informasi yang diperoleh. Banyak sekali dampak negatif atau kerugian yang kita rasakan akibat rendahnya aktivitas literasi. Masyarakat kita jadi mudah terjebak dalam berita bohong, mudah terprovokasi, mudah diadu domba karena kurangnya kemampuan dalam menyaring dan mengevaluasi informasi yang diterima.

Sebagai bagian dari penggerak literasi, pustakawan harus turut mengambil peran dalam menyiapkan generasi yang mampu mengidentifikasi, mencari, menyaring, dan memanfaatkan informasi sesuai dengan etika informasi. Karena kemampuan literasi merupakan modal dasar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seperti pepatah arab yang mengatakan, “orang yang tidak memiliki minat dalam membaca, tidak lebih terhormat dari orang yang tidak bisa membaca”.